Sosok Habib Bahar bin Smith tengah menjadi sorotan akibat ujaran kebencian yang dilayangkan kepada Presiden Jokowi.
Dalam pidatonya tersebut, Habib Bahar memojokkan Presiden Jokowi dan sudah dilaporkan oleh sejumlah pihak.
Pada saat menyampaikan pidato di Reuni Akbar 212, Habib Bahar mengatakan tidak akan meminta maaf pada Jokowi sekalipun dia ditangkap.
Tribunnews melansir dari Wartakota, Senin (3/11/2018), inilah sederet fakta terkait Habib Bahar.
1. Kehidupan Habib Bahar
Bahar bin Smith atau yang lebih dikenal dengan nama Habib Bahar lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 23 Juli 1985 merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara.
Bahar berasal dari keluarga Arab Hadhrami (sekelompok penduduk nomaden yang berasal dari Hadhramaut, Yaman) golongan Alawiyyin (kelompok yang memiliki keterkaitan darah dengan Nabi Muhammad).
Pada tahun 2009, Bahar menikahi Fadlun Faisal Balghoits.
Dalam pernikahan tersebut, Bahar dikaruniai empat anak.
2. Habib Bahar dilaporkan oleh sejumlah pihakHabib Bahar dilaporkan oleh Ketua Umum Cyber Indonesia Muanas Alaidid.
Muanas membawa bukti video ceramah Habib Bahar yang menghina Presiden Jokowi.
"Jelas bahwa kita mendesak pihak aparat supaya tidak ragu-ragu, karena sudah melampaui bataslah ceramah-ceramah seperti ini."
"Dan yang disampaikan Habib Bahar itu sudah ada di mana-mana, dan selalu melakukan sumpah serapah, caci maki begitu."
"Terkesan bukan seorang pendakwah tapi lebih ke timses pasangan calon lain menyerang Presiden Jokowi."
"Ini juga kemudian menjadi tidak sejuk," kata Muannas Alaidid.
Respon juga datang dari Kantor Staf Kepresiden yang mengutuk ucapan Habib Bahar.
Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko.
“Iya dong, bahkan pelaporan itu harus dilaporkan, tutur kata dan perilaku ulama seharusnya menjadi panutan, tidak seharusnya seorang ulama berbicara seperti itu,” ucap Moeldoko ditemui di Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (29/11/2018).
3. Tidak akan meminta maaf pada Jokowi
Seusai menghadiri reuni 212, Habib Bahar bin Smith berkesempatan menyampaikan alasannya memojokkan Jokowi dalam sebuah pidato.
“Saya sampaikan kenapa saya berkata seperti itu, karena kita lihat dalam peristiwa 4 November 2016 para ulama dan habaib diberondong gas air mata, tapi Presiden malah kabur,” ucapnya.
“Kalian yang melaporkan saya, jika hal itu akhirnya dianggap kesalahan, maka saya tidak akan minta maaf, lebih baik saya busuk di dalam penjara.
Kalau saya ditangkap, berjanjilah rekan-rekan untuk tidak memadamkan api perjuangan,” seru Habib Bahar bin Smith.